Kamis, 30 Oktober 2014

Gubuk Yuan De-xiu



Cerita Budi Pekerti

Gubuk Yuan De-xiu

Yuan De-xiu hidup pada masa Dinasti Tang, nama kehormatannya (nama yang diberikan kepada pria yang telah mencapai usia 20 tahun dalam jaman dinasti di Tiongkok) Zi Zhi, saat usianya masih kecil telah kehilangan ayah, dengan jerih payah ibundanya membesarkan dirinya. Sejak kecil dia sudah tahu berbakti, setelah dewasa lulus ujian sarjana muda, namun terpikir akan ibundanya yang telah lanjut usia, dia tidak tega meninggalkan ibundanya, maka itu dia menggendong ibundanya, bersama-sama menempuh perjalanan jauh ke ibukota.

Kemudian ibundanya meninggal dunia, dia membangun sebuah gubuk sederhana di depan makam sang bunda, menjalani kehidupan berduka selama tiga tahun. Selama menjalani masa duka, siang malam hatinya diliputi kesedihan, di atas meja yang usang, hidangan tiga kali sehari adalah sajian yang sangat sederhana, kondisi gubuk tersebut sungguh memprihatinkan sampai alas tikar pun tidak ada.  

Malangnya kemudian abang dan kakak ipar De-xiu juga meninggal dunia secara berturut-turut, meninggalkan seorang anak bayi yang baru berusia seminggu saja, siang dan malam menangis terus. Yuan De-xiu menggendong nyawa kecil yang sungguh tak berdaya tersebut, mengenang wajah sanak keluarga di tempo hari dan beragam perhatian yang pernah dicurahkan kepadanya, juga tidak sanggup menahan air mata siang malam menangis tersedu-sedu. Tetapi rumah mereka terlalu miskin dan kesusahan, sementara kondisi nyawa kecil tersebut masih begitu lemah, apa yang harus dilakukannya?

Hari demi hari berlalu, bayi tersebut merasa capek dan kelaparan, suara tangisannya semakin melemah. Yuan De-xiu menggendong penerus generasi keluarganya, lalu menyanyikan lagu anak-anak buatnya, serupa ayah kandung yang sedang menghibur bayinya. Tak terduga beberapa hari kemudian, keajaiban terjadi, air susu keluar dari puting Yuan De-xiu, setelah bayi kenyang barulah dapat tidur dengan pulas.

Yuan De-xiu menyusui putra abangnya hingga bayi tersebut dapat mengunyah makanan, air susu berhenti dengan sendirinya. Darah daging abangnya bagaikan kelanjutan dari nyawanya sendiri, dia mencurahkan segenap bakti kepada ibunda dan kasih sayang pada abangnya, menjadi perhatian tanpa batas kepada anak kecil ini, disamping juga pendidikan yang penuh kedisiplinan.

Kemudian Yuan De-xiu mengasingkan diri ke pegunungan, dia tidak berminat pada ketenaran dan keuntungan sehingga orang-orang di dunia ini sangat menghormati moralitasnya. Suatu kali, Kaisar Tang Xuan-zong (685-762), berkunjung ke wilayah timur, seluruh rakyat di daerah tersebut diberi kesempatan untuk mempersembahkan pertunjukan baik nyanyian maupun tari-tarian. Saat itu juga beredar kabar bahwa kaisar berencana memberikan penghargaan terhadap pertunjukan yang paling menarik, maka itu semua orang berlomba-lomba mempersembahkan pertunjukan  terbaik buat kaisar. Gubernur dari Provinsi Hanoi mengutus beberapa ratus orang untuk membuat pertunjukan hebat, semuanya mengenakan kain sutra yang agung dan mahal, kakinya mengenakan emas, perak, mutiara dan permata berkilauan yang berkerlap kerlip, menyanyi dan menari di hadapan Kaisar Tang Xuan-zong, semangatnya sungguh luar biasa.

Tak terduga pertunjukan yang dibawakan oleh Yuan De-xiu hanya memperagakan beberapa puluh seniman yang berpakaian sederhana, lalu menyanyikan lagu yang diciptakan sendiri oleh Yuan De-xiu, yang melukiskan tentang cita-cita agung seorang insan bijak. Setelah Kaisar Tang Xuan-zong mendengarnya, dia sangat terkesima dan berkata : “Ini sungguh adalah suara hati dari insan bijak! Bila dibandingkan dengan pertunjukan sebelumnya, nyanyian dan tarian yang dibawakan utusan Hanoi adalah menenggelamkan diri dalam kemewahan, bagaimana mungkin penduduk Hanoi dapat menghindari diri dari situasi yang menakutkan! Maka itu kaisar segera memecat Gubernur Hanoi dari jabatannya.

Yuan De-xiu saat menjabat jadi pejabat, gaji yang diperolehnya akan digunakan untuk membantu anak-anak yatim piatu. Setelah jabatannya berakhir, dua tangannya kosong begitu leluasa bagaikan semilir sejuk yang nyaman, tidak membawa apa-apa, satu-satunya harta benda yang masih dimiliki hanyalah sehelai kain sutra yang kasar dan tipis, mengendarai sebuah kereta kuda pengangkut kayu bakar yang bergoyang-goyang, dengan santai meninggalkan tempat tugasnya.

Sejak itu dia mengasingkan diri diantara pegunungan hijau dan jernihnya air, belajar dan mengajar, memetik kecapi dan menulis puisi, di gubuknya tidak ada pelayan, pintunya juga tidak perlu dikunci, bahkan dinding pun tidak ada, setiap hari menikmati panorama hijaunya pegunungan dan putihnya awan, bagaikan Dewa di surga begitu bahagianya. Pejabat penting yang kediamannya bertahtakan permata setiap bertatap muka dengan Yuan De-xiu, akan mengeluh dan berkata : “Begitu melihat gubuk ini akan membuat ambisi orang yang mendambakan ketenaran dan keuntungan jadi kandas”.  

Yuan De-xiu wafat dengan mewariskan gubuk tua dan murid-muridnya yang senantiasa mengenang semangat moralitasnya yang tak pernah padam. Adik sepupunya yang bernama Yuan Jie siang malam menangis tersedu-sedu, kesedihannya sulit diredakan. Ada orang yang menasehatinya : “Anda sudah terlampau bersedih, menurut tata krama ini sudah melewati batas bukan?”

Yuan Jie menjawab : “Anda hanya tahu tata krama yang banyak, namun tidak tahu akan kesetiakawanan. Saat guru masih hidup, selama lebih dari 60 tahun, tidak pernah mendekati wanita, tidak pernah mengenakan kain sutra yang bagus, segala apa yang disukai oleh orang awam, segala kesenangan, beliau tidak pernah memilikinya, tidak pernah mengenakan bahan pakaian yang layak, tidak pernah makan hidangan lezat. Saat meninggal dunia, di rumahnya hanya ada bantal, sepatu dan sendok sup, beliau meninggalkan batu bata yang sudah retak dan atap yang sudah rusak, sepanjang hidup tidak pernah menikmati tanah seluas 10 hektare, rumah seluas 10 kaki. Saya menangisi kepergiannya untuk memperingatkan  murid-murid lainnya yang mendambakan kemewahan dan nafsu indria, agar bermawas diri!”

Mengamati  keseluruhan hidup Yuan De-xiu, kita dapat melihat bahwa kepribadian dan tempat hunian seseorang, mampu membuat pejabat berkuasa pada masa itu melupakan ketenaran dan keuntungan; ketulusan seseorang yang telah melampaui batas maksimal maka akan mendatangkan mukjizat, dapat menyelamatkan seorang anak bayi yang lemah dan yatim piatu; bakti seseorang yang dapat menggendong ibundanya menempuh perjalanan jauh ke ibukota. Kebajikan besar yang luar biasa ini, telah menggugah para Dewa melantunkan irama, mengguncang hati nurani setiap insan dunia ini.


  

德秀乳孤

唐朝元德秀,字紫芝,他很小的時候就失去了父親,靠著母親辛辛苦苦地把他撫養長大。他從小就非常孝順,長大後中了進士,但想到母親年紀大了,他不忍心離去,於是就親自背著母親,一同遠赴京城。

後來他的母親去世了,他在墓前建了一座簡陋的草屋,為母親守孝三年。在那追思慈恩的日日夜夜,他的內心是那麼地哀傷,老舊的木桌上,三餐都是粗茶淡飯,破舊的草屋裡,連一個可以靠著的墊子都沒有。

不幸的是,德秀的哥哥嫂嫂後來也都相繼過世了,留下了一個嗷嗷待哺的小嬰兒,纔只有一週歲,白天黑夜哀哀地哭。元德秀抱著這個無助的小生命,想起親人往日的音容笑貌,和對自己的種種關懷,也忍不住日日夜夜地哀傷哭泣。可是,他們的家裡太窮困了,小生命這麼稚嫩弱小,一個男人有什麼辦法呢?

一天一天過去了,孩子又累又餓,他的哭聲開始日漸微弱。元德秀抱起這個家族的命脈,讓孩子的小嘴含住自己的乳頭,給他唱著兒歌,像親生父親一樣安慰他。想不到幾天之後,奇跡出現了,元德秀身上竟然汩汩地流出了乳汁,孩子盡情地吮吸著豐沛的奶水,安安穩穩地睡著了。

就這樣,元德秀哺育著哥哥的孩子,一直到小生命自己能夠進食,乳汁纔停止了流淌。哥哥的血脈,就如同德秀自己生命的延續一般,他將畢生對母親至心的孝敬、對兄長至愛的恭敬,都傾注在對這個小孩的無限關愛、與嚴格的教育上。

天寶年間,元德秀當上了魯山令,他淡泊名利卻又名滿天下,普天之下的人們都很敬重他的德行。有一次唐玄宗來到東都的五鳳樓下,下令讓三百里之地的地方官進獻歌舞的表演。當時傳言皇上將根據演出精彩與否來決定賞罰,於是大家都爭相要討好皇上。河內的太守派出了好幾百人的強大陣容,全都身穿華貴的錦繡綢緞,戴上金銀珠寶,亮閃閃地,在唐玄宗面前載歌載舞,氣勢很盛大。

想不到,元德秀的演出一開場,只走出幾十位衣著簡樸的樂工,聯袂唱起了《於蒍於》,這是元德秀自己創作的歌曲,表現出賢者高邁卓絕的志向。唐玄宗聽了之後,內心很震驚,感嘆地說:「這正是賢者的心聲啊!相比之下,河內進獻的歌舞,這樣地窮奢極欲,河內的百姓怎能免於生靈塗炭啊!」於是就罷黜了河內太守的官。

德秀做官期間,所賺取的俸祿,都拿去資助那些無依無靠的老人和孩子。等到他任期滿了之後,他兩袖清風,財產只有一塊粗糙的縑布,駕著一輛搖搖晃晃的破柴車,悠然地離去。

從此之後,他定居在山明水秀的陸渾山水之間,讀書教學、彈琴作文,他的家裡沒有僕人,家門不用鑰匙,就連防護的土牆都沒有,每天看青山臥白雲,就像天上的神仙一樣地快樂。名臣房琯每每見到元德秀,就嘆息地說道:「一見紫芝的眉宇,使人名利之心都盡。」

天寶十三年,元德秀去世了,留下了簡陋的屋舍,和門人弟子追思綿長的盛德。他的族弟元結白天黑夜地號啕大哭,哀思難以平復。有人勸他說:「你哭得過於哀痛,在禮上不是過了度了嗎?」

元結說:「你只知道禮數太過,而不知真情之至啊。先生在時,六十多年來,未曾近女色,未曾用過錦繡綢緞,舉凡人心所喜愛、沈迷的嗜好,他不曾有過,身上沒穿過完整的布料,生平沒吃過五味的珍饈。過世時家裡只有枕頭、鞋子和舀水的瓢一類東西,他留下了幾片破磚破瓦而離去,一生未嘗有十畝之地、十尺的房舍和十歲的侍者。我哀傷他的離去,警戒那些奢侈貪婪的荒淫之徒啊!」

縱觀元德秀的一生,我們看到,一個人的眉宇氣質,能讓當朝的權臣忘卻名利;一個人的至誠感通,能讓孤弱的嬰孩得以保全;一個人的孝思,能背上母親,遠赴京城。這卓絕的盛德,是感動天子的賢者的音樂,是撼動世人錚錚的良知。