Sabtu, 11 Oktober 2014

Menghibur Hati Ayahbunda



Cerita Budi Pekerti
Menghibur Hati Ayahbunda

 Lao Lai-zi hidup pada masa “Periode Semi dan Gugur (770-476 SM)”, merupakan penduduk Negara Chu, sepanjang hidupnya dia mengemukakan beragam opini. Di dalam Shi Ji (sejarah 24 Dinasti yang disusun oleh Sima Qian), tercantum bahwa Lao Lai-zi adalah Laozi, namun sejarah juga tidak bisa diandalkan sepenuhnya, maka itu nama aslinya tidak ada yang mengetahuinya.

Lao Lai-zi sifatnya sangat berbakti, dia mempersembahkan makanan terlezat, pakaian terbaik, dan keperluan lainnya untuk ayahbundanya. Segala keperluan hidup sekecil apapun, juga diperhatikan dengan cermat, mencurahkan segenap perhatian. Ayahbunda dibawah penjagaannya, melewati kehidupan yang bahagia, rumah dipenuhi kesejahteraan. Insan yang dapat melewati hari tua-nya dalam kebahagiaan keluarga, maka betapa bernilainya kehidupan sedemikian, sungguh menyenangkan hati setiap insan.

Meskipun usianya sudah melewati 70 tahun, tetapi Lao Lai-zi di hadapan ayahbundanya, sama sekali tidak pernah mengungkit sepatah kata “tua”. Karena di atasnya masih ada ayahbunda yang usianya melebihi diri sendiri, lagi pula sebagai seorang anak jika buka tutup mulut mengatakan dirinya sudah tua, bukankah dengan demikian ayahbunda akan merasa prihatin pada dirinya sendiri yang sudah uzur, bagaikan api lilin yang ditiup angin?  Apalagi, sebagian besar ayahbunda meskipun sudah berusia uzur, cucunya juga sudah segudang, namun selamanya tetap memandang putra putrinya sebagai anak kecil.

Tidak sulit dibayangkan, seseorang yang usianya telah melewati 70 tahun, ayahbundanya paling sedikit juga sudah berusia 90 lebih. Bagi sebagian lansia yang usianya hampir mendekati 100 tahun, tubuhnya juga akan lebih lemah dan gerakannya juga sudah tidak leluasa, kemampuan penglihatan dan pendengaran juga semakin menurun. Ingin berbincang dengannya, mungkin beliau sudah tidak mampu mendengarnya dengan jelas lagi. Oleh karena gerakannya juga sudah tidak lincah lagi, jika ingin membawanya jalan-jalan bertamasya juga merupakan hal yang tidak gampang.

Maka itu mengapa kehidupan lansia lebih kesepian, menyendiri dan muram. Lao Lai-zi yang pengertian sangat memahami perasaan ayahbundanya, agar ayahbunda dapat kembali ceria, dia memperagakan berbagai gaya lucu, agar ayahbundanya menjadi riang gembira, boleh dikatakan telah mencurahkan segenap kemampuannya.

Dalam menggunakan cara untuk berbakti pada ayahbunda, Lao Lai-zi memiliki satu jurus yang berlainan dengan orang lain pada umumnya. Suatu kali dia mengenakan pakaian beraneka warna, sungguh menyolok. Pada hari ulang tahun ayahnya, dia mengenakan baju ini dan berdandan menjadi anak bayi, di hadapan ayahbundanya dia melompat-lompat dan menari-nari. Sambil bermain dengan riang gembiranya, sambil bergoyang ringan, benar-benar seperti orang tua berambut putih yang kekanak-kanakan, membuat orang yang melihatnya jadi lucu dan tertawa.

Dari gayanya yang masih lincah, dapat dilihat bahwa demi agar ayahbunda tidak merisaukan dirinya, Lao Lai-zi selalu menjaga kesehatannya. Maka itu meskipun usianya sudah melewati 70 tahun, namun gerakannya masih begitu lincah, di hadapan ayahbundanya, tarian yang dibawakannya sungguh membuat ayahbunda merasa bersukacita.

Suatu hari di samping ruangan tamu kebetulan ada sekelompok anak ayam, Lao Lai-zi merasa iseng sesaat, lalu meniru gaya burung elang menangkap ayam, untuk menyenangkan hati ayahbundanya. Seketika itu tampak atraksi unik, ayam-ayam berterbangan, sementara itu dia melompat-lompat tanpa henti. Dan Lao Lai-zi memperlihatkan gayanya yang konyol, yang tampak sudah berusaha keras tapi gagal melulu menangkap ayam-ayam tersebut. Melihat kelucuan ini, ayahbundanya tertawa terbahak-bahak, suasana kehangatan ini mengalirkan kecemerlangan hubungan antar manusia dan bakti.  

 Demi mengharapkan supaya kehidupan ayahbundanya dihiasi dengan suasana sukacita, dalam keseharian dia akan membuat lelucon untuk menyenangkan hati ayahbundanya. Suatu kali dia memikul air selangkah demi selangkah melewati depan ruangan tamu. Tiba-tiba terdengar suara jatuh terpeleset, ternyata dia sedang memperagakan atraksi jatuh terpeleset (Anak ini sungguh tidak bisa dewasa, sungguh tak berdaya oleh tingkahnya). Adegan ini langsung mengundang gelak tawa ayahnya sementara ibundanya di samping mengatainya.

Orang lanjut usia penglihatannya kabur, pendengaran juga sudah tidak jelas lagi, apalagi gerakannya, semakin tidak leluasa, Lao Lai-zi sedang menyamar jadi badut. Dia tidak pernah menganggap dirinya sebagai orang yang sudah tua, di hadapan ayahbundanya, dia selamanya adalah seorang anak kecil yang lincah dan lucu.

Dalam kehidupan masa kini yang serba sibuk, kita jadi melupakan untuk mencurahkan perhatian kepada ayahbunda, mengunjungi mereka. Marilah kita buang perasaan mementingkan diri sendiri dan hati yang dingin, meneladani Lao Lai-zi, menjadi seorang insan yang tahu mencurahkan perhatian, menjadi seorang insan yang tahu merasakan apa yang dibutuhkan orang lain.   

Di dalam Li Ji (Klasik Tata Cara, salah satu dari lima klasik karya Konfucius) dikatakan bahwa sebagai putra putri selamanya janganlah di hadapan ayahbunda mengatakan bahwa diri sendiri sudah tua. Seorang anak yang berbakti akan memikirkan segala cara agar ayahbunda tidak merasakan waktu yang cepat berlalu, usia yang semakin uzur. Mengapa demikian? Karena ayahbunda akan merasa bahwa anaknya saja sudah tua, kalau begitu bukankah ayahbunda sudah uzur? Setelah mendengarnya, betapa pedihnya hati mereka. Maka itu sebagai putra putri di hadapan ayahbunda tidak sepatutnya mengungkit kata “tua”.

Agar ayahbundanya dapat melewati hari tua dengan bahagia, Lao Lai-zi memikirkan segala cara untuk menghibur hati ayahbundanya. Dia telah mengembangkan ucapan kasih sayang menjadi sebuah atraksi yang lucu. Keluarga yang bahagia ini sejak ribuan tahun silam hingga kini, telah mengundang kekaguman setiap insani, pujian yang tiada habis-habisnya.

                          



老萊斑衣


老萊子,春秋時期楚國人,他的生平眾說紛紜。《史記》懷疑老萊子就是老子,但是歷史上並不可考,所以他真正的名字沒有人知道。 

老萊子生性非常孝順,他把最可口的食物和最好的衣物、用品,都用來供養雙親。生活點點滴滴,盡極關懷照顧,非常體貼。父母親在他無微不至的照料下,過著幸福安樂的生活,家裡充滿祥和。人如果能在晚年安享天倫之樂,這樣的人生是多麼地有價值意義,多麼令人欣慰。 

雖然已經年過七十,但是老萊子在父母親的面前,從來都沒有提到過一個『老』字。因為上有高堂,雙親比自己的歲數都要大得多,而為人子女的人,如果開口說老,閉口言老,那父母不就更覺得,自己已經走入風燭殘年,垂垂老矣了嗎?更何況,許多人即使年事已高、兒孫成群,也總是把自己的兒女永遠當成小孩一樣來看待。 

不難想象,一個人年過古稀,他的父母少說也有九十多歲了。對於大多數年近百齡的人來說,身體都會比較虛弱,而且行動不便,耳昏眼花。要跟他講講話,可能他已經沒有辦法聽得很清楚了。由於腿腳不太靈光,縱使想要帶他們到處去走走看看,也不是一件容易的事情。所以老人家的生活,往往都比較孤寂、單調。善解親意的老萊子很能體恤父母親的心情,為了讓父母能夠快樂得起來,他裝出許多活潑可愛的樣子,來逗雙親高興。可以說是用心良苦。 

在孝順父母的方式上,老萊子別有一番與眾不同。他有一次特別挑了一件五彩斑斕的衣服,非常地鮮明。就在他的父親生日的那一天,他身著這件衣服,裝成嬰兒的樣子,在父母面前又蹦又跳地跳起舞來。一邊嬉戲玩耍,一邊邁動輕盈的舞步,真像是童心未泯的老頭兒,特別逗人開心可愛。 

從他揮灑自如的動作中,還可以看出,為了不讓父母操心,天性孝順的老萊子,對身體的健康始終非常地關注。所以雖然年過七十,但還能輕鬆活潑地,在父母親的面前,邁動輕快詼諧的舞步,讓父母歡喜。

一天廳堂旁邊剛好有一群小雞,老萊子一時興起,就學老鷹抓小雞的動作,來逗雙親高興。一時雞飛狗跳,熱鬧不已。小雞一顛一顛地到處跑,特別地可愛。而老萊子故意裝成非常笨拙的樣子,煞費苦心,而又無可奈何。看到這番情景,雙親笑得合不攏嘴,溫馨的畫面,流露出人倫至孝的光輝。 

為了讓父母在生活上有喜悅的點綴,在日常生活中,他經常會出一些點子,逗父母歡樂。有一次,他挑著一擔水,一步一晃地經過了廳堂的前面。突然撲通一聲,做一個滑稽的跌倒動作。 『這個孩子真是養不大,拿他一點辦法都沒有。』父親哈哈大笑,母親一旁說著。 

年紀大的人眼睛昏花、耳朵不靈,行動更是不便,老萊子就在家裡扮演一個快樂的丑角。他沒有把自己當成是年紀大的人,在父母面前,他永遠都像小孩子那樣活潑可愛。 

在忙碌的現代生活中,我們往往忽略了對父母的體貼,探望。讓我們摒棄自私與冷漠,像老萊子那樣,做一個懂得體貼關懷的人,做一個用心去感受別人需要的人。

《禮記》中說:『恆言不稱老。』為人子女永遠不要在父母的面前,聲稱自己已經老了。一位孝順的孩子,總是會想方設法,讓父母覺察不到歲月的流逝、年紀的增長。為什麼呢?因為如果連孩子都老了,那父母不就更為年邁了嗎?他們聽了之後,該多麼傷心啊。所以,在父母的面前,為人子女不應當提到『老』這個字。 

為了讓父母親過上幸福快樂的生活,老萊子想盡種種辦法來體慰父母的心。他把這句善體親心的話,發揮得淋漓盡致。這個幸福的家庭,千百年來,令人羡慕不已,贊嘆不盡。