Senin, 08 Desember 2014

Ti-ying Memohon Pada Kaisar



Cerita Budi Pekerti

Ti-ying Memohon Pada Kaisar

Ti-ying, bermarga Chun’yu, adalah putri bungsu dari Chun’yu Yi. Chun’yu Yi adalah penduduk Linzi pada masa Dinasti Han Barat (sekarang adalah wilayah Zibo, Shandong), pernah menjadi pejabat di Kabupaten Taicang, Suzhou. Pada masa mudanya, Chun’yu Yi suka belajar ilmu pengobatan, berkelana ke empat penjuru untuk belajar pada tabib-tabib terkenal, kemudian berguru pada Gongsun Guang dan Yang Qing, mendalami kitab kuno pengobatan dan pengalaman, pasien yang disembuhkannya sudah tak terhitung jumlahnya, sehingga menjadi seorang tabib tersohor pada masa itu.

Oleh karena Chun’yu Yi hanya suka mengkaji ilmu pengobatan dan tidak suka menangani urusan pemerintahan, maka itu dia mengundurkan diri dari tugasnya sebagai pejabat di Kabupaten Taicang, oleh karena namanya yang tersohor sehingga para raja dan bangsawan juga sulit mencari dirinya.

Pada saat itu Raja Zhao, Raja Jiao Xi, Raja Ji Nan dan Raja Wu pernah mengutus orang untuk mengundangnya, Chun’yu Yi khawatir bila raja atau pejabat tinggi lainnya akan menganugerahkan sebuah jabatannya untuknya, sehingga dia jadi terikat dan tidak bisa bebas dalam menjalankan misi pengobatannya. Maka itu dia tidak pernah memenuhi undangan dari istana, sehingga secara tidak langsung telah menyinggung perasaan dari keturunan raja dan para bangsawan.

Kemudian ada orang yang menyampaikan laporan yang menfitnah Chun’yu Yi mencelakai pasiennya hingga mati, ketika itu juga dia hendak dibawa ke Chang’an (ibukota Tiongkok pada masa Dinasti Tang, sekarang adalah wilayah Xi’an) untuk menjalani hukuman badan.

Chun’yu Yi yang mendengar kabar ini menjadi amat tercengang, ketika ditangkap, dia sangat cemas namun juga tak berdaya, sehingga dia melemparkan amarahnya pada kelima putrinya : “Sayangnya saya hanya memiliki anak putri saja, tidak memiliki putra, pada waktu terdesak dan memerlukan bantuan, tidak ada satupun yang bisa membantuku”.

Ti-ying pada waktu itu masih kecil, melihat ayahnya ditangkap, dalam hatinya merasa amat cemas, mendengar amarah ayahnya, lebih membuatnya bersedih hati. Dalam hatinya berpikir, ayah telah menjalani tugas pengobatan selama berpuluh-puluh tahun, pasien yang telah diselamatkan tak terhitung jumlahnya, demi mengobati orang banyak beliau tak pernah mengeluh kelelahan, namun sekarang malah ditangkap dan hendak dibawa ke Chang’an untuk menjalani hukuman badan.

Begitu ayah selesai menjalani hukuman badan, bagaimana kelak beliau harus menjalani kehidupannya? Bagaimana ayah dapat menahan pukulan ini? Meskipun dia tidak memiliki saudara pria, namun dalam situasi genting, anak putri juga boleh keluar untuk membela ayahnya! Maka itu Ti-ying memutuskan untuk mengikuti ayahnya ke Chang’an, mengerahkan segenap kemampuan untuk menyelamatkan ayahnya.

Hari Ti-ying yang ingin menyelamatkan ayahnya begitu tulus, maka itu dia segera berangkat menuju kantor pengadilan memohon pada para pejabat peradilan, berharap supaya dapat mendampingi ayahnya menempuh perjalanan ke Chang’an. Mulanya para pejabat tidak mengijinkannya, karena perjalanan mengantar seorang terpidana banyak ketidakleluasaan-nya, lagi pula sepanjang perjalanan begitu menderita, jarak perjalanan yang jauh, Ti-ying seorang anak gadis, usia juga masih belia, mana mungkin memiliki tenaga untuk ikut dalam perjalanan. Tetapi Ti-ying terus menerus memohon, bahkan air matanya sampai berlinang, para pejabat yang melihat hati bakti Ti Ying yang begitu tulus, jadi sangat terharu, akhirnya mengijinkan dirinya ikut serta.

Sepanjang perjalanan, Ti-ying serupa para pengawal, makan dan tidur di alam terbuka, menahan hujan dan angin tanpa tempat berlindung. Meskipun usianya masih kecil, namun dia tak gentar pada perjalanan yang jauh dan penuh bahaya, ketika alas sepatunya sudah bolong dan kakinya sudah terasa berat akibat jauhnya perjalanan, bahkan hingga kulit kakinya juga terkelupas, dia juga tidak pernah mengeluh. Sepanjang perjalanan yang berliku-liku, Ti-ying dengan segenap hati merawat ayahnya, sehingga para pengawal merasa sangat terharu melihat sikap baktinya.

Setelah sampai di Chang’an, Ti-ying memikirkan segala cara untuk menyelamatkan ayahnya. Akhirnya dia menulis selembar surat permohonan kepada kaisar, dia bersedia menjadi budak untuk menebus pembebasan bagi ayahnya.

Isi suratnya adalah sebagai berikut : “Hamba adalah putri Chun’yu Yi, ayah pernah menjadi pejabat di Taichang, semua orang menyebutnya sebagai pejabat yang adil dan jujur. Namun kini, malah dijatuhi hukuman badan, hamba merasa kesakitan hingga mati dan takkan bisa hidup kembali, apalagi terpidana yang mungkin dipotong hidungnya atau kakinya, juga tak berdaya untuk bangkit kembali, meskipun ingin kembali ke jalan yang benar, juga tidak berdaya lagi. Hamba bersedia menjadi budak untuk menebus kesalahan yang dilakukan ayah, agar beliau dapat memulai kehidupan yang baru”.

Pada saat itu kaisar yang berkuasa merupakan kaisar yang tersohor akan welas asih dan baktinya yakni Kaisar Han Wen-di, selesai membaca surat permohonan tersebut, kaisar merasa amat tergugah, tak terduga Ti-ying yang masih berusia belia, juga merupakan seorang anak gadis, dapat mendampingi ayahnya menempuh perjalanan yang begitu jauh hingga ke Chang’an. Bahkan bersedia menjadi budak untuk menebus kesalahan ayahnya. Di dalam surat permohonannya, Ti-ying juga mengemukakan tentang kejinya hukuman badan, ucapannya sungguh beralasan, sehingga Kaisar Han Wen-di merasa amat berterimakasih, beliau dapat memahami penderitaan yang dialami rakyatnya, kemudian kaisar menurunkan titah, berkata :

“Beta pernah mendengar tempo hari ada seorang yang bermarga Yu, pakaian dan topinya dikenakan dengan cara berbeda, ini sudah termasuk hukuman berat. Semua orang menganggap hal ini sebagai sangat memalukan sehingga tidak berani melakukan pelanggaran hukum lagi, ini merupakan penanganan hukum yang penuh kedamaian! Dan sekarang, hukuman badan tidak bisa ditiadakan, dimana letak kesalahan terpidana? Apakah karena kebajikan beta yang begitu tipis, memberikan ajaran dengan kurang jelas? Beta merasa sangat malu, memberikan ajaran dengan tidak benar, sehingga penduduk yang melanggar kesalahan harus dijatuhi hukuman badan. Di dalam Shi-jing (salah satu dari lima klasik Konfusius yang berisi puisi) tercantum bahwa seorang pemimpin melestarikan budaya cinta perdamaian kepada rakyatnya, maka itu dia menjadi ayahbunda masyarakat dunia. Kini ada orang yang melakukan kesalahan, belum lagi dididik sudah terlanjur dijatuhi hukuman badan, yang memotong anggota tubuh, begitu kehilangan anggota tubuh maka sulit bagi meskipun dia ingin kembali ke jalan yang benar, juga tidak memiliki jalan untuk mundur, beta merasa sungguh prihatin. Hukuman yang berlaku sekarang ini, ada si terpidana untuk bangkit kembali, sepanjang hidupnya harus merasakan hukuman tersebut, betapa sengsara dan tidak berperikemanusiaan, bila sudah demikian apakah masih pantas disebut sebagai ayahbunda masyarakat dunia?”

Kaisar segera menitahkan untuk meringankan hukuman bagi terpidana, menghapus bentuk hukuman badan. Rakyat yang mendengar kabar ini sangat bersukacita, memuji welas asih Kaisar Han Wen-di. Dengan demikian Chun’yu Yi juga dibebaskan dari hukuman.

Setelah itu, kaisar mengundang Chun’yu Yi dan Ti-ying ke istana, barulah mengetahui Chun-yu Yi adalah seorang tabib tersohor yang menyukai kebebasan dalam menjalankan misi pengobatannya, dalam hati kaisar merasa amat bersukacita dan senang berbincang dengan mereka. Setelah Chun’yu Yi dan Ti-ying pulang kembali ke dusunnya, kisah Ti-ying yang menulis surat permohonan kepada kaisar, jadi tersebar dan menjadi buah bibir, semua penduduk dusun mengacungkan jempol memberi pujian.

Ti-ying hanyalah seorang gadis belia, namun saat ayahnya menghadapi kesulitan, dia melangkah maju tanpa gentar, menulis laporan kepada kaisar dan memohon agar hukuman badan dihapus, bukan hanya berhasil menyelamatkan ayahnya, namun juga membebaskan rakyat dari siksaan hukuman badan, semangat bakti, kebijaksanaan dan keberaniannya telah membuat orang merasa salut padanya.                                                   





緹縈上書

緹縈,復姓淳于,是淳于意的小女兒。淳于意是西漢臨淄(今山東淄博)人,曾任齊國的太倉令,人稱倉公。年輕時,淳于意便喜歡鑽研醫術,四處求教名師學醫,後來拜公孫光與陽慶為師,學習古典醫籍和治病經驗,醫人無數,成為當時有名的醫生。

由於淳于意喜好醫學,不喜經營家計,便辭去太倉令一職,又將戶籍遷寄在親戚、左右們的名下,使得王公大臣等難以找到他。當時的趙王、膠西王、濟南王、吳王都曾派人來請他去治病,淳于意恐怕王公大臣們會給他一官半職,反而拘束他的行醫自由,因此都未前去,也由此得罪不少王公貴族。

文帝四年,有人上書控告淳于意醫死人,按其罪,當押往長安受肉刑。淳于意得知消息非常驚訝,在被捕時,他懊惱不已又苦無辦法,便對著五個女兒生氣地罵道:「可惜我只生了女兒,沒有兒子,到了緩急需要用人的時候,竟沒有一個可以幫我的啊!」

緹縈當時年紀還很小,看到父親被押解走,內心很焦急,聽到父親既感慨又責罵的話,更是難過不已。她心想,父親行醫數載,救人無數,為療百姓疾苦不辭辛勞,如今卻要被押往長安遭受肉刑。一旦父親受了肉刑,他今後的日子要怎麼過?父親如何能承受這個打擊?雖然自己沒有兄弟,但危難之際,女兒也可以為父親挺身而出啊!因此,緹縈暗下決心,一定要隨父親同往長安,儘自己的能力救護父親。

緹縈救父心切,馬上前往官府向官吏們請求,希望能與父親同行。官吏們起先不肯答應,畢竟押解犯人有諸多不便,而且一路有許多辛苦,路途遙遠,緹縈身為女子,年齡又小,怎能有體力隨行。然而緹縈一再苦苦相求,聲淚俱下,官吏們看到緹縈那至誠的孝心,深受感動,便答應了下來。

一路上,緹縈與大家一起餐風露宿,風雨無阻。小小年紀的她,不怕長途路險,鞋磨壞了,腳也腫了,還蹭破了皮,她也不吭一聲。沿路,緹縈用心照顧著父親,跟隨著大家一起前進,這讓押解的差吏們感嘆不已。

到了長安以後,緹縈為救父親,想了許多方法。最後,她自己寫好文書懇請上呈給皇上,情願自己去給官家做奴婢,以此來贖父親的罪。

上書中說道:「小女的父親淳于意,曾為太倉令,人人稱贊他清廉公正。如今,卻遭罪要受肉刑,小女切痛死者不能復生,受刑之人被割去鼻子或斬斷其趾,也無法恢復,縱然想要改過自新,也已經沒有辦法了。小女子情願獻身做官婢,來代父贖罪,使他可以自新。」

當時的皇帝,是有名的仁孝皇帝——漢文帝,宅心仁厚。漢文帝看了緹縈的上書,受到震動,想不到緹縈小小年紀,身為女孩,竟能長途跋涉跟隨父親到長安,還自願為婢來代父贖罪。文書中,緹縈提到的肉刑之過,說得也是在情在理,這讓漢文帝感慨不已,體恤到百姓的疾苦,漢文帝便下詔說:

「朕曾聽說,在有虞氏時,衣服帽子上做些異處,已算是大刑了。人人覺得如此是羞恥便不敢犯罪,真是太平的治理啊!而如今,刑罰有肉刑五條,奸邪卻不能制止,其過咎在哪兒?難道不是朕德薄,施教不明所致嗎?朕甚為慚愧,施政教治不好,使人民無知犯下罪過,受到刑罰。《詩經》有言:『愷悌君子,民之父母』。然而如今人有過錯,還未加教導,刑法已經加施在身上,就算想改過向善,也沒有退路了,朕覺得很是可憐。如今的刑罰中,有斷肢體、刻肌膚之類,一旦受了就難以恢復,終身受罪,這是何其的痛苦而失仁德啊,這些難道能稱得上是為民父母的意思嗎?」

如此,漢文帝便下令減輕刑罰,除去了肉刑。百姓們聽聞消息後,都歡呼雀躍,稱贊漢文帝仁愛。淳于意因此也便免了刑,得到了釋放。

之後,漢文帝召見了淳于意與緹縈,得知淳于意是一位醫術高明又喜歡自由的名醫,內心很喜歡,相談甚歡。等到淳于意與緹縈回到家鄉後,緹縈上書救父的事,也便傳為了佳話,鄉人們嘖嘖稱贊。

緹縈為一介女子,但在父親遇難時能挺身而出,上書感動漢文帝廢除肉刑,不僅救出父親,也幫助百姓免受肉刑之苦,她的孝心與智勇雙全的精神真是令人敬佩。漢朝班固也有詩稱贊緹縈說:

三王德彌薄,惟後用肉刑。
太倉令有罪,就遞長安城。
自恨身無子,困急獨煢煢。
小女痛父言,死者不可生。
上書詣闕下,思古歌雞鳴。
憂心摧折裂,晨風揚激聲。
聖漢孝文帝,惻然感至情。
百男何憒憒,不如一緹縈。

緹縈身為女子,雖小小年紀,然其大丈夫氣概,可謂毫不遜色於男子啊!