Jumat, 07 November 2014

Tan-zi Dan Susu Rusa



Cerita Budi Pekerti

Tan-zi Dan Susu Rusa

Tan-zi adalah penduduk Negeri Lu (sekarang adalah Provinsi Shandong, Tiongkok, tempat yang sering dikaitkan dengan keberadaan Konfusius) pada masa periode Chunqiu (periode semi dan gugur yang berlangsung pada 770-476 SM; rentetan peristiwa yang terjadi selama perkembangan sejarah Negara Lu). Di dalam dokumen peristiwa sejarah, terdapat catatan mengenai dirinya, namun sudah tidak berdaya lagi jika ingin dibuktikan dengan fakta atau penelitian ilmiah.

Tetapi dibalik semua itu ada setitik yang dapat dijadikan tolak ukur kepastiannya, yakni Tan-zi sangat berbakti pada ayahbundanya. Setiap saat dia selalu terpikir akan kehidupan orang tua yang sudah tidak leluasa lagi, juga teringat akan jerih payah ayahbunda selama ini, merupakan seorang anak yang benar-benar berbakti. Bakti Tan-zi membawa kehidupan ayahbunda kepada kebahagiaan yang tak berujung.

Tahun demi tahun berlalu, Tan-zi kini telah tumbuh menjadi dewasa. Bersamaan itu pula, ayahbunda juga semakin menua, rambut mereka perlahan mulai memutih. Pepatah berkata, empat penderitaan besar dalam kehidupan manusia tak lain adalah penderitaan lahir, usia tua, sakit dan mati, siapa yang dapat menghindarinya? Tan-zi yang memahami kehidupan manusia yang penuh penderitaan dan usia pendek ini, dia semakin menyadari betapa ayahbunda melewati sepanjang hidupnya dengan tidak mudah, sejak itu dia semakin menghargai setiap saat dapat berada bersama ayahbunda.

Namun malangnya kedua lansia itu diserang penyakit mata dan hampir mengalami kebutaan. Kegundahan di hati menjatuhkan ayahbundanya ke dalam keputusasaan. Setiap hari ayahbunda selalu berkeluh kesah sehingga menambah kerutan di wajah mereka. Kehidupan ibarat menjadi aliran air yang tersumbat.

Tan-zi yang berbakti mencermati hal ini, hatinya begitu tersayat, apakah harus melihat ayahbunda yang telah membesarkan dirinya ditakdirkan melewati sisa hidup mereka dalam kegelapan? Adakah cara supaya mata ayahbunda jadi sembuh? Tan-zi dalam keseharian sambil menghibur ayahbunda juga sambil mencari tabib dan ramuan obat, dia memikirkan segala cara untuk menghapus penderitaan ayahbunda, agar keluarganya kembali pada keadaan penuh keceriaan.

Tan-zi telah menjadi satu-satunya harapan bagi ayahbunda untuk meneruskan hidupnya. Dibawah perhatian yang dicurahkan oleh Tan-zi, perasaan ayahbunda semakin membaik, di dalam keluarga juga muncul kembali suara tawa yang sudah lama menghilang.

Suatu hari mereka berkata pada Tan-zi, sering terdengar kata orang bahwa susu rusa dapat mengobati penyakit mata, maka itu mereka ingin mencobanya apakah benar-benar efektif. Setelah Tan-zi mendengarnya, dia mengingatnya di dalam hati. Sambil meminta agar ayahbunda tidak khawatir, sambil merencanakan bagaimana baru bisa memperoleh susu rusa. Rusa betina pasti takkan begitu mudah membiarkan orang lain mengambil susunya, akhirnya Tan-zi memutuskan untuk menyamar, mengenakan kulit rusa, menyamar jadi seekor anak rusa, masuk ke perdalaman hutan untuk mendapatkan susu rusa.

Oleh karena samaran Tan-zi begitu tampak seperti asli dan lagi meniru tingkah laku anak rusa, maka itu ketika dia masuk ke dalam kelompok rusa, tidak membuat kelompok rusa tersebut menjadi panik, juga tidak mengundang kecurigaan rusa betina. Dengan penuh hati-hati akhirnya dia sampai juga di hadapan rusa betina.

Luapan kegembiraan membuat Tan-zi lupa melepaskan pakaian samarannya, dalam benaknya hanya terpikir bagaimana agar ayahbundanya bisa secepatnya menikmati susu rusa, setelah berhasil mendapatkan susu rusa dia segera berjalan pulang ke rumahnya. Namun malang di tengah perjalanan dia bertemu dengan sekelompok pemburu, Tan-zi yang masih mengenakan kulit rusa dan samarannya yang tampak seperti asli ini telah mengaburkan mata si pemburu.

Melihat hewan buruannya muncul, pemburu segera mengangkat busur dan bersiap-siap melepaskan anak panah ke arah Tan-zi, saat itu Tan-zi segera menghentikan langkah kakinya dan berteriak : “Tolong jangan memanahku, aku bukan rusa”. Pemburu mengamatinya dengan jelas barulah memastikan itu adalah manusia.

Para pemburu merasa amat terkejut, lalu bertanya : “Mengapa anda berada di sini seorang diri? Mengapa pula menyamar seperti ini?”. Tan-zi menjelaskan : “Sepasang mata ayahbundaku buta, kabarnya susu rusa dapat mengobati penyakit mata, maka itu saya sengaja datang ke sini mencari susu rusa untuk dibawa pulang. Samaranku telah membuat kalian salah paham, ini adalah salahku, sehingga kalian hampir mencelakai manusia, saya takkan mengulanginya lagi”.

Para pemburu setelah mendengar penjelasan dari Tan-zi, bukan hanya tidak menyalahkan dirinya, bahkan jadi terharu oleh bakti Tan-zi. Mereka serentak memuji Tan-zi adalah anak yang berbakti, demi ayahbunda, berani mengambil tindakan penuh resiko memasuki perdalaman hutan, selain itu keberanian dan kecerdikannya juga membuat orang menjadi salut.

Sesungguhnya, bila diamati perkembangan sejarah budaya Tionghoa selama lima ribu tahun, insan yang benar-benar dapat disebut dengan anak berbakti, keistimewaan yang mereka miliki bersama adalah sejak awal hingga akhir selalu menempatkan berbakti pada ayahbunda sebagai tujuan utama hidup manusia. Berbakti dan menghidupi ayahbunda merupakan kewajiban yang patut dimiliki oleh setiap insan.

Berbakti bukanlah hanya memberi ayahbunda sesuap nasi saja (merawat jasmaninya), namun juga harus memberi semangat pada ayahbunda (merawat rohaninya), contohnya menceritakan kisah Tan-zi ini kepada mereka, jadi bukan hanya memenuhi keperluan ayahbunda saja, namun sebagai anak kita harus patuh dan taat pada ayahbunda sehingga hati mereka senantiasa lapang.  

Di dalam “Di Zi Gui” tercantum : “Saat ayahbunda memanggil, kita harus segera menjawab; perintah ayahbunda harus segera dilaksanakan dan jangan diabaikan”. Sebagai putra dan putri, hanya dengan mengamalkan pelajaran budi pekerti dan etika moral barulah dapat menyempurnakan bakti kita, sehingga hati ayahbunda baru merasa tenang.





郯子鹿乳

郯子,是春秋時期魯國人。歷史文獻當中,有關他的記載,已經無法考證。但是有一點,是可以確定的,就是郯子從小就十分孝順他的雙親。他念念想到父母生活的不便,時刻體恤父母的艱辛,是一個真正至孝之人。郯子的孝順,給雙親的生活帶來了無盡的快樂。

歲月一年年地度過,郯子逐漸長大成人。同時,父母也在漸漸變老,他們的兩鬢慢慢地白了。俗話說,人生的四大苦事,莫過於生老病死。雖然是苦事,可又有哪一個人能夠逃避的了呢?郯子深諳人生的苦短,他越發感覺到父母一生的不易,從而倍加珍惜與父母相處的每一時刻。

但不幸的是,兩位老人都害了眼病,幾乎到了失明的邊緣。內心的苦悶,令雙親陷入了對生活的絕望之中。父母終日地懮嘆,加深了他們臉上的皺紋。生活好像變成了一灘死水。孝順的郯子看在眼裡,痛在心上,難道生養了自己的父母注定要在黑暗中度過餘生嗎?能有什麼辦法讓父母的眼睛好起來呢?郯子平日一邊安慰父母,一邊加緊尋醫問藥,他要想盡一切辦法解除父母的痛苦,使家庭恢復到其樂融融的氣氛中。

郯子已經成了雙親活下來的唯一希望。在郯子的精心的照顧下,雙親的心情恢復了不少,家裡也出現了久違的歡笑聲。一天,他們對郯子講,常聽別人說鹿乳可以治眼病,所以自己也很想試試到底能不能見效。郯子聽後,記在心裡。他一面讓父母放心,一面盤算如何纔能獲得鹿乳。母鹿是不會輕易讓別人采集奶汁的,郯子就決定喬裝改扮,披上鹿皮,扮成一隻小鹿,鑽進深山尋找鹿乳。由於郯子的裝扮非常逼真,還仿照小鹿的姿勢和動作,所以當他進入到鹿群棲息的地方後,並沒有驚動鹿群,也沒有引起母鹿的懷疑。終於,他小心翼翼取到了鹿乳。

內心的喜悅令郯子忘記脫去身上的裝束,他一心想著雙親能儘快吃到鹿乳,於是手捧鹿乳疾步返回。但是,途中恰遇獵戶,郯子逼真的裝扮迷惑了獵人的眼睛。看到「獵物」,獵人舉箭就要射,這時郯子趕忙停下,站直身子,喊到:「請不要射我,我不是鹿。」獵人這纔清楚地看到是一個人。他們很驚訝,上前問到:「你怎麼一個人在這裡?還扮成這個樣子。」郯子解釋說:「家中父母,雙眼失明,聽說鹿乳可以救治,我特意來這裡找些回去。剛纔的裝束讓你們誤會了,這是我的錯,讓你們險些誤傷了人,我以後不再這麼做了。」獵戶聽後,不但沒有責怪郯子,還都為郯子的孝行所感動。他們還異口稱贊郯子是一個孝子,為了父母,可以冒著生命危險進入深山,其中的膽識和智慧的確令人佩服。

其實,縱觀中華五千年文明史,真正稱得上孝子的人,他們共同的特點就是始終把孝養父母擺在人生目標的第一位。奉養雙親是每一個為人子的應盡之責。

對父母的孝養不僅在於養父母的身體,更要養父母的心志,就如郯子鹿乳的故事告訴我們,自己所做的一切不僅是要滿父母的口體之需,更是要順應雙親的心志,令父母寬心。《弟子規》上有言,「父母呼,應勿緩;父母命,行勿懶。」我們為人子女,只有真正落實經典的教導,以反哺之道,切身力行,纔是成就自己的孝子之德,令父母心安。