Selasa, 21 Oktober 2014

Penantian Shi-en Di Larut Malam 02



Cerita Budi Pekerti

Penantian Shi-en Di Larut Malam

Bagian 2

Penyesalan hanya berlangsung sesaat, beberapa hari kemudian adik sudah merasa kebosanan di rumah, di depan matanya adalah bayangan abangnya yang menanti kepulangannya di larut malam. Lalu dengan alasan hendak berpamitan, dia kembali menemui teman-temannya dan mengungkapkan maksud hatinya, langsung saja dia ditertawai dan diolok-olok mereka : “Buat apa cemas? Apakah kamu takut akan batangan palu besar di rumahmu?” Akhirnya adik main lagi sama mereka hingga larut malam, lalu cepat-cepat pulang dan mengintip, lagi-lagi abang kedua sedang menungguinya, wajahnya masih saja penuh perhatian. Dengan kepala menunduk, adik berjalan menuju rumahnya.

Chen Shi-en menepuk pundak adiknya dengan kasih sayang, apakah merasa ada yang tidak nyaman. Adik jadi semakin menyesal dan malu, merasa sungguh bersalah pada abang dan keluarganya. Perasaan yang berkecamuk di dadanya akhirnya tak tertahankan lagi dan menangis keluar, berlutut pada abang keduanya dan berkata : “Saya bersalah! Mohon abang kedua sudi menghukumku!” Chen Shi-en juga jadi terharu lalu dengan gembira dia berkata : “Bagus! Bagus! Asalkan adik sudah pulang rumah maka ini sudah bagus! Abang tahu bahwa adik pasti dapat memperbaiki diri!”

Ternyata benar, sejak itu adik telah berubah, takkan keluyuran lagi dengan sekelompok teman-temannya itu. Dibawah ajaran kedua abangnya yang telah berjerih payah, dia belajar dengan serius, sehingga menjadi seorang yang berbakat. Ini merupakan sebuah kisah biasa yang penuh dengan kasih sayang jalinan persaudaraan, namun telah menjadi buah bibir dan disebarluaskan dari generasi demi generasi.

Mengapa nasehat abang sulung tidak mampu mengena di benak sang adik? Alasannya adalah abang sulung memberi nasehat dalam bentuk teori belaka, sementara sikapnya amat tegas dan keras, sehingga mengundang pertentangan dari adiknya.   

Sedangkan Chen Shi-en menggunakan upaya kausalya untuk mempengaruhi adiknya. Generasi selanjutnya berkata : “Tidak ada cara yang lebih baik daripada ini. Yang paling sulit ditemukan adalah setiap malam dia dapat berdiri di luar gerbang pintu menanti kepulangan adiknya, juga tidak pernah mengeluh sama sekali, namun dia sangat tulus, ketulusannya ini muncul dari lubuk hati yang paling dalam, bukan dibuat-buat atau dipaksakan.

Adik benar-benar dapat merasakan kasih sayang yang sesungguhnya dari sang abang, sehingga batinnya amat tergugah dan membulatkan tekadnya untuk berubah, sejak itu keluarga barulah merupakan tempat berlabuh yang penuh kehangatan, diantara sesama saudara saling mendukung barulah dapat berada dalam satu kapal yang mampu menahan hujan dan badai! Dapat dilihat bahwa apabila seseorang ingin menasehati insan lainnya, selain harus tahu menggunakan upaya kausalya, juga harus membuat pihak lain merasa tergugah, dengan landasan ini memahami makna yang sesungguhnya, barulah dapat membantunya kembali ke jalan yang benar.

Ada seorang gadis belia, sejak kecil hidup dalam kondisi yang amat miskin, sehingga dia tahu harus berhemat. Setelah kuliah di perguruan tinggi, dia menyadari bahwa banyak hal yang memerlukan biaya pengeluaran yang besar, sedangkan uang yang dimilikinya hanya cukup untuk biaya hidupnya, tidak ada lagi sisa yang bisa ditabung. Saat liburan tiba dan pulang ke rumah, dia membantu keluarganya berdagang, menyadari ada sebuah laci yang biasanya berisi beberapa uang pecahan kecil, saat anggota keluarga memerlukannya, mereka dapat mengambilnya beberapa lembar, saat malam tiba kakak sulung akan mengunci laci tersebut.

Tanpa terasa liburan telah berakhir, keesokan harinya gadis belia tersebut akan kembali ke sekolahnya. Saat malam semakin larut, tiba-tiba niat buruknya muncul, ingin mencuri uang di laci agar kondisi keuangannya lebih longgar sedikit, kunci laci tergantung di ikat pinggang celana kakak sulung. Dia mengamati kebetulan kakak sulung sedang membalikkan badan, dia ingin mengambil kuncinya, namun malang dia malah membuat suara berisik, dengan panik dia kembali ke tempat tidurnya, jantungnya berdebar terus hingga fajar menyingsing.  

Keesokan harinya saat dia berkemas-kemas, kakak sulung menyerahkan padanya biaya hidup selama setengah tahun, dia menghitung-hitung dan menyadari ternyata jumlahnya lebih banyak seribu dollar daripada waktu lalu. Sejenak kemudian air mata mulai menetes membasahi pipinya, semalam kakak sulung pasti sempat terbangun, mungkin beliau telah mempertimbangkannya dengan sangat lama.

Saat itu kakak sulung tidak memperlakukan adiknya sebagai pencuri, malah memahami kondisi keuangan adiknya yang terhimpit, menyalahkan diri sendiri tidak mempertimbangkan dengan baik kondisi keuangan adiknya. Perhatian dan kasih sayang yang mengalir dari lubuk hatinya telah menggugah adiknya, hingga akhirnya sang adik bertekad, tak peduli selanjutnya sesulit apapun kondisi hidupnya, dia takkan meminta uang sepeser pun dari keluarganya, saat berada di luar juga takkan serakah akan uang sepeser pun. Hingga putra dari kakak sulung kuliah di perguruan tinggi, bibinya mengeluarkan sejumlah uang hasil tabungannya selama ini, dengan penuh hormat menyerahkan kepada keponakannnya, berharap agar keponakannya dapat menghargai uang jerih payah keluarganya itu, baik-baik menjadi manusia yang seutuhnya.

Dari sini dapat diketahui bahwa, ketika seseorang melakukan kesalahan, kita harus memberinya kesempatan untuk kembali ke jalan yang benar, agar dia tidak menanggung rasa malu sendiri dan tidak memiliki jalan untuk kembali, tidak seharusnya menggunakan cara yang keras untuk menanganinya.

Manusia merupakan makhluk hidup yang berperasaan, memiliki darah dan daging, mempunyai air mata dan tawa, dengan kasih sayang membiarkan insan lain dapat merasakan ketulusanmu, barulah pihak lain sudi menerima nasehatmu. Dan diantara sesama saudara hendaknya dapat bersatu, saling menyayangi dan mengasihi, yang merupakan sanak keluarga yang paling lama waktunya menemani kita sepanjang hidup, merasakan kasih sayang yang dilimpahkan antar sesama saudara. Demikian juga dengan Chen Shi-en, serupa pula dengan kakak sulung tersebut, meskipun hal ini bukan sanggup diwujudkan oleh semua orang, namun setiap insan harus mengerahkan segenap kemampuan untuk melakukannya.
    

  

世恩夜待
(二)

此後連續幾天,弟弟在外面開始呆不住了,眼前盡是哥哥深夜翹首盼自己歸家的情形。他對朋友們提出要先告辭,朋友們嘲笑他說:「急什麼?難道怕家裡的大棒槌嗎?」弟弟只好又和他們玩到天黑,趕回家一看,二哥又是一臉關切地等著自己。弟弟低下頭,喏喏不能成言。

陳世恩親切地撫著弟弟的肩頭,問他有沒有哪兒不舒服的地方。弟弟不覺羞慚交加,感到太對不起哥哥和家里人了。他心頭一酸,「哇」地一下哭出聲來,跪下去對二哥說:「我錯了!請二哥責罰!」陳世恩也感動不已,他高興地說:「好!好!回來就好!哥知道你會自己改正的!」

果然從此以後,弟弟換了一個人,他再也不和那一幫朋友一起混了。在兩位哥哥的精心教導下,他認真學習,發奮圖強,成了一位德才兼備的人。

這是一個普普通通、充滿了人情味的故事,但是膾炙人口,廣為流傳。應該說,大哥的勸導指責也無可厚非,但為什麼沒有收到良好的效果呢?關鍵在於他在勸導弟弟的時候,只是以道理來說教,態度強硬,反倒讓弟弟產生反感。

而陳世恩則是用善巧方便的方法來感化弟弟。後人評價說:沒有什麼方法比這個更好的。最為難得的是他天天在外等候,並不是心不甘,情不願,而是真誠地,發自內心的關懷等候他的弟弟,一點難色都沒有。弟弟確實感受到兄長的那一片真情,心靈受到了很大的觸動而決心悔改,畢竟家纔是一個人最溫暖的港灣,兄弟之間互相扶持纔能風雨同舟啊!可見一個人如果要勸勉對方,一定要懂得善巧。除了懂得善巧之外,還要讓對方能感動,在此基礎上曉以大義,纔有辦法讓他改正過來。

有一個女孩,從小家裡十分貧困,她也懂得節儉的道理。上大學之後,她覺得需要花錢的地方太多了,而手頭的一點錢除了生活費外,幾乎就沒有什麼可剩餘的。暑假回家的時候,她幫著家裡做生意,發覺平時有一個抽屜裡經常有一些零錢,需要用的時候家里人就拿幾張,到了晚上大姐就會把抽屜鎖起來。不知不覺暑假過完了。第二天,這個女孩就要到學校報到了。深更半夜的時候,她突然起了個念頭,想要到抽屜裡去拿一些零花錢,但鑰匙放在大姐貼身的褲腰帶上。她趁大姐翻身的時候,想去取鑰匙,但弄出一陣響聲,她嚇得連忙躺下去,心裡一直打鼓到天亮。

第二天收拾行李的時候,大姐把她半年需要的生活費遞給她,她數了數,發現比以往多了一千塊錢。那一瞬間,她幾乎落下淚來。大姐晚上一定是醒了,也一定考慮了好久。那時侯做大姐的不僅沒把小妹當家賊處理,反而體諒到妹妹的處境窘迫,責怪自己考慮得不周到。正是這樣一份發自內心的關愛感動了妹妹,她痛下決心無論生活怎樣困難,都不再向家裡多要一分錢,在外面也決不多貪一分錢。等到大姐的兒子上大學的時候,小姨拿出保存多年的那一份錢,鄭重其事地交給外甥,希望他能珍惜家用,好好做人。

由此可知,當一個人犯錯的時候,我們應該要讓他有改過向善的機會,要讓他有一個臺階可以下,不應該用很強硬的手段,以硬碰硬的方式來處理。人都是有感情的動物,都是有血有肉,有淚有笑,能動之以情讓對方能感受你的一片真誠,纔可以讓對方接納你的規勸。而兄弟之間,尤應以團結、友愛為重,使這一生陪伴我們最長時間的親人,充分感受到彼此的摯愛親情。陳世恩就是如此,這位大姐也是如此,這雖然不是一般的人都能夠做得到的,但也是每一個人都能盡力去做到的。