Senin, 06 Oktober 2014

Wang-pou Menangisi Makam




Cerita Budi Pekerti

Wang-pou Menangisi Makam

Pada masa Periode Tiga Kerajaan, di Negara Wei hiduplah seorang yang bernama Wang Wang-pou, sangat berbakti. Ayahnya bernama Wang Yi. Ayah Wang-pou, Wang Yi, adalah seorang pejabat di istana kerajaan, suatu kali Kaisar Wen dari Dinasti Jin mengerahkan pasukan melakukan penyerangan, dalam peperangan kali ini kerajaan harus kehilangan banyak prajurit yang gugur di medan perang, maka itu saat melakukan rapat, kaisar bertanya kepada para pejabatnya, mengapa peperangan kali ini mengakibatkan banyak prajuritnya harus berjatuhan sehingga membawa kerugian yang sangat besar.

Akhirnya tidak ada yang berani menjawab, hanya Wang Yi seorang, yang merupakan sosok bijak dan mulia, kemudian beliau langsung berterus terang : “Orang yang harus bertanggungjawab dalam peperangan kali ini adalah marsekal”. Semua orang tahu bahwa pada saat itu marsekalnya adalah Kaisar Wen sendiri, maka itu kaisar langsung tersinggung, begitu amarahnya terpancing langsung memerintahkan pengawal menyeret Wang Yi keluar dan dipenggal.

Wang-pou yang menyaksikan ayahnya mati tragis karena difitnah, sangat bersedih hati. Maka itu sepanjang hidupnya dia tidak berniat untuk duduk di pemerintahan, yang berarti tidak ingin mengabdikan diri menjadi pejabat Dinasti Jin. Sejak kecil Wang-pou telah belajar sastra, maka itu pendidikan dan kepribadiannya sangat bagus, pihak istana sudah berkali-kali memberi tawaran untuk menjadi pejabat kerajaan, namun sikap Wang-pou terhadap kekayaan dan ketenaran, sedikitpun tidak menaruh minat.

Wang-pou amat berbakti pada ibundanya. Mengerahkan segenap usaha untuk mewujudkan apa yang diinginkan ibunda, penuh perhatian dan kasih sayang. Setelah ibunda meninggal dunia, dia sangat bersedih hati. Saat masih hidup, ibunda orangnya penakut, yang paling ditakutinya adalah suara petir. Sehingga setiap turun hujan deras, angin kencang dan petir menggelegar, maka dengan hati yang sedih Wang-pou segera berlarian ke makam ibundanya, lalu dengan terisak dia akan berkata, ananda ada di sini, bunda jangan takut.

Suatu kali Wang-pou sedang terisak di bawah sebatang pohon cemara, butiran airmatanya mengalir jatuh mengenai pohon cemara, tak terduga pohon pun ikut terpengaruh akan kesedihan Wang-pou dan menjadi layu. Dapat dilihat bahwa betapa mulianya kekuatan dari hati dan pengamalan bakti  seorang anak! Bakti yang muncul dari lubuk hati ini, mampu menggugah langit dan bumi beserta seluruh isinya!

Wang-pou amat berbakti, maka itu setiap dia sedang mengajar dan membaca hingga pada kalimat “sungguh kasihan ayahbunda, melahirkan dan bekerja keras demi untuk diriku”, maka dia akan merasa sangat bersedih, airmata segera memenuhi pelupuk matanya, bersedih hingga tidak sanggup lagi melanjutkan mengajari murid-muridnya. Murid-muridnya khawatir Wang-pou karena terlampau bersedih dan jatuh sakit, maka itu mengabaikan satu bagian kalimat tersebut.

Dapat dilihat bahwa hati dan pengamalan bakti seseorang, bukan hanya dapat menggugah langit, bumi beserta isinya, bahkan dapat menjadi teladan bagi generasi selanjutnya. Sekarang kita membaca tentang wujud bakti ini, bukankah juga ikut merasa terharu.

Ayahbunda membesarkan diri kita, dengan bersusah payah menjaga diri kita. Sejak kecil, jika kita sakit, maka orang yang paling merasa risau adalah ayahbunda; ketika anak-anak keluar rumah, ayahbunda akan mengkhawatirkan apakah anak-anak berada dalam kondisi selamat; ketika ayahbunda pulang dari bekerja, maka hal pertama yang akan dilakukannya adalah melihat apakah kondisi anak-anaknya baik-baik…..hati ayahbunda senantiasa mengkhawatirkan anak-anaknya.

Pikirkan bagaimana ayahbunda menjaga diri kita, maka sekarang ketika kita sudah dewasa, apakah pernah terpikir ayahbunda sudah menua, apakah kita telah menunaikan bakti kita? Dengan kondisi kita saat sekarang ini, andaikata ayahbunda masih sehat, maka kita masih sempat menunaikan bakti kita, harus mengerahkan segenap kemampuan untuk berbakti pada ayahbunda. Andaikata ayahbunda telah tiada, kita juga harus mengenang budi mereka. Mewujudkan apa yang menjadi tanggung jawab kita sebagai putra dan putri berbakti.



      


三國的時候,魏國有一位姓王叫王裒的人,非常孝順。

他的父親叫王儀。王裒的父親王儀當時是在朝廷裡頭當官,有一次晉文帝出兵,在這次出兵當中,朝廷死了非常多的士兵,所以文帝就在上朝的時候,詢問底下的這些文武百官,要大家分析這次戰役為什麼會損失慘重。結果沒有人敢出口說話,唯獨王儀他是一個高風亮節之人,他就直陳說:這次戰役的責任完全歸於元帥。大家都知道,元帥就是當時的文帝,所以文帝非常的生氣,一怒之下就把王儀拉出廷外問斬,死於非命。王裒面臨父親如此冤屈而死,非常難過。因此他終身不再面向西坐,以表示不為晉朝之臣。王裒自幼飽讀詩書,所以他的學問、品行非常好,朝廷也屢屢徵召他出來為官,可是王裒面對金錢名利的誘惑,都不為所動。

王裒對母親也百般孝順。只要是母親的事情就親力親為,體貼入微。母親過世後,他非常的悲痛。母親生前膽子小,最怕的就是打雷。所以每當遇到風雨交加、雷聲隆隆的時候,王裒他就會很傷心的飛奔到母親的墳墓上面,去那裡哀泣著說,孩兒就在此地,母親不要害怕。

有一次,王裒依在一棵柏樹前號哭,他的眼淚涔涔而下,滴落到柏樹上面,想不到柏樹也因感召到王裒的孝順,竟也枯萎了。可見一個人孝心孝行的力量有多麼的偉大!這種發自內心而來的孝,它可以感動天地萬物!

王裒他這麼孝順,所以每當他授課讀到「哀哀父母,生我劬勞」時,他就非常的難過,潸然淚下,難過到沒有辦法教授學生。他的學生擔心老師哀傷過度,所以就把《蓼莪》這一篇給廢止。

可見一個人的孝心孝行,他不但感動到天地萬物,更是可以作為後人最好的典範。現在我們看到這樣的孝行是不是也深受感動。父母從小把我們拉扯長大,辛勤的照顧我們。從小,如果生病,最著急擔心的就是父母;孩子出門時,父母又會想孩子是否安全;出門辦事,回到家裡第一件事情,就是探望自己的孩兒是不是很好......父母的心時時刻刻都牽掛在孩子身上。想一想父母他是怎樣照顧我們的,那麼我們今天長大成人了,有沒有想到父母年紀大了,是不是我們有盡到孝心?那麼我們以現在的情形,如果父母健在,我們還可以盡到孝道,要好好的孝敬父母。如果父母已經不在,我們也要這樣經常的想念他們。做到我們作子女應盡的責任。